بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
A. Berita Gerhana Bulan
Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menyebut akan terjadi gerhana bulan total (GBT) pada Sabtu (4/4) besok. Kementerian Agama mengimbau kepada umat Islam agar menunaikan salat sunah gerhana.
"Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mengimbau kepada umat Islam untuk melakukan salat sunah gerhana secara berjamaah, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dan dianjurkan (sunnah makkadah) untuk bertakbir terlebih dahulu," tulis Dirjen Bimas Islam Kemenag, Machasin, melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (3/4/2015).
Tak hanya salat, masyarakat juga dianjurkan untuk memperbanyak zikir, istighfar, bersedekah dan berdoa. "(Selain itu) dianjurkan melakukan amal-amal kebijakan lainnya," tutup Machasin.
Sekadar informasi, GBT dapat disaksikan di hampir seluruh kawasan Indonesia. Diperkirakan fenomena astronomis itu berlangsung mulai dari pukul 17.15 WIB. Namun, puncak dari GBT itu sendiri pada pukul 19.01 sampai dengan 20.44 WIB.
Berdasarkan informasi dari Lapan, untuk Indonesia barat gerhana terjadi pada pukul 17.16 WIB-20.45 WIB, untuk Indonesia tengah gerhana akan terjadi pukul 18.16 Wita-21.45 Wita dan untuk gerhana bulan total di Indonesia timur akan terjadi pada 19.16 WIT-22.45 WIT.
Saat gerhana terjadi warna bulan akan berubah menjadi semerah darah. Fenomena ini biasanya disebut sebagai blood moon. Sebelumnya, fenomena blood moon pernah terjadi di Indonesia pada Oktober 2014 lalu.
B. Latar Belakang Sholat Sunnah Gerhana Bulan
Hadis yang mendasari dilakukannya salat gerhana ialah:
"Telah terjadi gerhana Matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah terjadi gerhana Matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka bersabdalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam "Bahwasanya Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sehingga selesai gerhana." (HR. Bukhari & Muslim).
C. Tata Cara Sholat Sunnah Gerhana Bulan
Salat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali rukuk yaitu pada rakaat pertama, setelah rukuk dan Iktidal membaca Al Fatihah lagi kemudian rukuk dan iktidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.
Bacaan Al-Fatihah pada salat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan pada gerhana Matahari tidak. Dalam membaca surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang. Hukum salat gerhana adalah sunnat muakkad berdasarkan hadis Aisyah Radhiallaahu anha. Nabi dan para shahabat melakukan di masjid dengan tanpa adzan dan ikamah, adalah sebagai berikut:
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau Matahari terlebih dahulu.
2. Salat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum salat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,
”Ash-shalatu jaami’ah.”
4. Niat melakukan salat gerhana Matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar), menjadi imam atau ma’mum.
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
5. Salat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surah kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surah kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman (55), lalu rakaat kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
9. Setelah salat disunahkan untuk berkhutbah.
D. Amalan-Amalan Sunah Saat Melihat Gerhana
1. Pertama, memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah, dan amal-amal kebajikan.
Dalam hadits dari Aisyah radhi Allahu ‘anha tentang gerhana matahari, Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ ، فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Asma’ binti Abu Bakar radhi Allahu ‘anhu berkata: “Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam memerintahkan untuk memerdekakan budak saat terjadi gerhana matahari.”(HR. Bukhari dan Abu Daud)
2. Kedua, berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat gerhana secara berjama’ah
Dalam hadits dari Aisyah radhi Allahu ‘anha dia berkata:
رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ مَرْكَبًا فَخُسِفَتِ الشَّمْسُ ، فَخَرَجْتُ فِي نِسْوَةٍ بَيْنَ ظَهْرَانَيِ الْحِجْرِ فِي الْمَسْجِدِ ، فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَرْكَبِهِ فَقَصَدَ إِلَى مُصَلَّاهُ الَّذِي كَانَ فِيهِ ، فَقَامَ وَقَامَ النَّاسُ وَرَاءَهُ
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam pada suatu pagi menaiki kendaraannya, lalu terjadi gerhana matahari. Maka saya bersama kaum wanita keluar menuju masjid di antara kamar-kamar kami. Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam datang dengan kendaraannya, lalu menuju tempat ia biasa shalat. Beliau berdiri untuk shalat dan masyarakat shalat di belakang beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim dengan lafal Muslim)
3. Ketiga, kaum wanita juga dianjurkan ikut shalat berjama’ah di masjid jika aman dari bahaya (godaan terhadap lawan jenis, dll). Dalilnya adalah hadits Asiyah radhi Allahu ‘anha di atas.
4. Keempat, mengumandangkan ‘ash-shalatu jami’ah’ untuk memanggil jama’ah shalat berkumpul di masjid, namun shalat tidak didahului oleh adzan dan iqamat.
Berdasar hadits shahih:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : ” لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُودِيَ إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ
Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiAllahu ‘anhu berkata: “Ketika terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam, maka dikumandangkan seruan ‘Ash-shalaatu jaami’ah’.” (HR. Bukhari)
Hadits yang semakna diriwayatkan oleh imam Muslim dari jalur Aisyah radhiAllahu ‘anhu.
5. Kelima, khutbah setelah shalat gerhana
Berdasar hadits-hadits shahih tentang hal itu. Antara lain hadits Aisyah radhi Allahu ‘anha:
ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتِ الشَّمْسُ ، فَخَطَبَ النَّاسَ ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ، ثُمَّ قَالَ : ” إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ ، فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Beliau selesai dari shalat dan gerhana telah selesai. Maka beliau menyampaikan khutbah. Beliau bertahmid dan memuji nama Allah, kemudian bersabda:
“Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Click:
SOURCE 1 |
SOURCE 2 |
SOURCE 3