بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Di tengah jalan antara ‘Usfaan dan Mekkah, Tim Da’wah ‘Aashim RA dikepung oleh banyak orang kafir dari suku Hudzail. Mereka dipaksa untuk menyerah, tapi ‘Aashim RA menolak. Akhirnya, ‘Aashim RA dan dua kawannya yaitu Martsad Al-Ghonawi RA dan Khoolid Al-Laitsi RA, gugur mati syahid.
Sedang tiga kawan yang lainnya tidak berdaya, sehingga ditangkap dan ditawan, lalu dibawa ke Mekkah untuk dijual kepada Kafir Quraisy. Mereka yang ditawan adalah Abdullah ibnu Thooriq RA dan Zaid ibnu Ad-Dutsunnah RA serta Khubaib ibnu ‘Adi RA. Peristiwa di atas dalam Tarikh Islam disebut Peristiwa “Yaum Ar-Rojii’”. Dalam peristiwa tersebut, sesaat sebelum ‘Aashim RA menerjang para musuh, ia berdoa sambil menghunus pedangnya :
“Ya Allah, sesungguhnya aku menjaga dan membela agama-Mu, maka jagalah dagingku dan tulangku, dan jangan Kau menangkan seorang musuh Allah pun dengan menguasai keduanya (daging dan tulang).”
Para penjahat pembunuh ‘Aashim RA tersebut pada awalnya tidak tahu bahwa salah satu yang terbunuh adalah ‘Aashim RA yang kepalanya disayembarakan Wanita Kaya Sulaafah, sehingga mereka hanya membawa yang hidup untuk dijual di Mekkah, sedang yang mati ditinggalkan di tengah gurun, karena dianggap tidak bernilai lagi.
Namun beberapa waktu kemudian, Kafir Qurasy di Mekkah mendengar kabar bahwa salah satu yang dibunuh suku Hudzail adalah ‘Aashim RA. Maka para Tokoh Kafir Quraisy mendatangi Suku Hudzail dengan membawa banyak hadiah dari Sulaafah untuk ditukar dengan kepala ‘Aashim RA.
Mengetahui hal tersebut, para pembunuh ‘Aashim RA dari Suku Hudzail segera bergegas kembali ke tempat pembunuhan ‘Aashim RA untuk mengambil kepalanya buat ditukar dengan hadiah Sulaafah. Namun saat mereka sampai tampak jasad ‘Aashim RA dikelilingi aneka Lebah Gurun dalam jumlah yang besar, sehingga mereka tidak bisa mendekat.
Mereka pun memutuskan untuk menunggu malam saat Lebah Gurun kembali ke sarangnya. Namun sebelum malam tiba, Badai Gurun datang dengan angin yang bertiup kencang disertai dengan hujan yang sangat lebat, sehingga para pemburu kepala ‘Aashim RA terpaksa harus kembali untuk berlindung menyelamatkan diri semalaman.
Keesokan harinya, saat Matahari terbit dan cuaca cerah, mereka kembali untuk mengambil kepala ‘Aashim RA, namun mereka tidak pernah lagi melihat jasad ‘Aashim RA. Mereka mencari kesana kemari dan menggali pasir disana sini, tetap tidak pernah bisa menjumpai jasad ‘Aashim RA.
‘Aashim RA adalah shahabat yang beriman dan bertaqwa serta senantiasa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Seluruh hidup dan matinya diserahkan untuk meraih Ridho Allah SWT.
Allah SWT mentaqdirkan ‘Aashim RA mati syahid dengan penuh kemuliaan di jalan-Nya. Allah SWT mengabulkan doa ‘Aashim RA, sehingga tetap melindunginya agar tidak menjadi korban sumpah durjana Sulaafah yang ingin minum arak dari tengkorak kepalanya.
Subhaanallaah, ‘Aashim RA diberikan oleh Allah SWT karoomah luar biasa saat syahidnya. ‘Aashim RA pun dijuluki oleh para Shahabat dengan sebutan “Hamiyyud Dabir” artinya “Yang dijaga Lebah”. Rodhiyallaahu ‘an ‘Aashim wa ‘an Jamii’ish Shohaabah.[ ]
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
0 komentar:
Posting Komentar