بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas lelah
setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Si
tukang besi keluar untuk melihatnya, pandangannya menubruk pada sesosok wanita cantik yang tak lain
adalah tetangganya.
“Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena
tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa, aku tidak akan datang ke
rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah ?” tutur wanita
itu.
Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik. Sawah dan
ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bong kah. Padang rumput menjadi tandus
hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka,
maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian
kecil yang masih bisa bertahan.
“Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaimu ? Akan kuberi
engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam” kata tukang besi itu.
Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia
merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan
hati wanita itu.
“Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah”
ujar wanita itu sambil berlalu menuju rumahnya.
Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi
rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si
tukang besi itu. Ia akan memberi makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan
dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya.
Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke rumah tukang
besi itu dalam keadaan payah, suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya
membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal
serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah.
Wanita itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk ketiga kalinya.
Ketika itulah Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang
besi “Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku
terus berlaku dzalim kepadanya, “tutur tukang besi dalam hatinya. “Ya Allah aku
bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu wanita itu
lagi selamanya”.
Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke
rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu. Tak lama berselang
terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat
si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, “Apa
keperluanmu datang ke rumahku ?”
“Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya.
Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah” jawab si tukang besi.
“Ya Allah jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah
ia dari api di dunia dan di akhirat” tutur wanita itu seraya menengadahkan
kedua telapak tangannya ke langit.
Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan
yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai
kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui
wanitu itu lagi.
“Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu” ujar si
tukang besi.
Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.
“Ya Allah Engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah
nyawaku saat ini juga”. Terdengar suara lirih dari mulut wanita itu dalam
sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah
dalam keadaan sujud.
Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya
meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.
Setiap muslimah mestinya dapat mengambil pelajaran berharga
dari berbagai kisah wanita shalihah. Merekalah yang harusnya dijadikan suri
tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya
hidup hedoisme dan materialisme.
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
0 komentar:
Posting Komentar